Kisah Petani Jeruk Organik Sukses di Kota Curup: Sempat Gagal, Kini Hasilkan 40 Ton Jeruk

Sakijan (57) warga Kelurahan Talang Rimbo Lama Kecamatan Curup Tengah, Rejang Lebong saat menunjukkan buah jeruk BW yang ia budidayakan di lahan seluas 1 hektare. - Ary/BE -

Harianbengkuluekspress.id- Meskipun sempat gagal selama 5 tahun berturut-turut saat budidaya tamanan jeruk, tak membuat Sakijan (57) warga Kelurahan Talang Rimbo Lama Kecamatan Curup Tengah, Rejang Lebong ini patah arang.

Ia terus belajar hingga saat ini bisa menghasilkan 40 ton jeruk dalam sekali panen. 

Teriknya sinar matarari yang menyinari kawasan Simpang Pemiri Kelurahan Talang Rimbo Lama Kecamatan Curup Tengah pada Sabtu 4 Januari 2024 tak menjadi halangan Sakijan untuk terus membersihkan rumput-rumput atau gulma yang tumbuh di antara batang-batang jeruknya.

Selain Sakijan yang tengah menyiangi rumput, ada juga rekannya yang tengah memberikan pupuk berupa kotoran hewan di setiap batang jeruk. 

Pupuk tersebut menurutnya sangat penting dan menjadi salah satu kunci suksesnya bertani jeruk di lahan seluas satu hektare miliknya.

BACA JUGA:Penetapan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu Terpilih Masih Tunggu Keputusan MK

BACA JUGA:Penyakit Tak Menular Ancam Usia Muda, Begini Penjelasan Kadinkes Provinsi Bengkulu

"Kalau pupuk yang saya gunakan adalah pupuk organik, yaitu kotoran hewan," ungkap Sakijan membuka pembicaraan.

Diungkapkan Sakijan, dalam satu batang jeruk yang ia miliki, setidaknya membutuhkan dua karung pupuk kotoran hewan dalam satu tahunnya. Dimana pemberian pupuk tersebut ia lakukan setiap enam bulan sekali. 

Ia mengaku dalam budidaya jeruk sebanyak 400 batang tersebut, hanya menggunakan pupuk kotoran hewan dan tak menggunakan pupuk kimia.

"Saya hanya menggunakan pupuk kandang, selain harganya murah juga untuk menjaga kualitas tanah," ungkap Sakijan.

Sakijan mengungkapkan, budidaya tanaman jeruk jenis BW saat ini masih sangat menjanjikan, dimana dari 400 batang jeruk BW yang ia tanam  bisa menghasilkan buah jeruk sebanyak 40 ton dalam sekali panen. 

Harga jualnya sendiri ditingkat petani saat ini sebesar Rp 10 ribu per Kg. Sehingga  dalam sekali panen ia bisa mengantongi uang sebesar Rp 400 juta.

"Kalau untuk biaya operasional, mungkin sekitar 25 persen dari hasil jualnya," ungkap Sakijan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan