Korban Sering Minta Cerai, Suami Ditetapkan Tersangka

IST/BE - Pelaku MA (39) tampak memegang pedang sebelum ditangkap polisi setelah menghabisi nyawa istrinya, Minggu (22/10) lalu. --

TEBAT KARAI, BE - Penyebab pembunuhan sadis di Kelurahan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang, Minggu (22/10), masih misteri. Pasalnya, alasan utama pelaku MA (39) tega menusuk tubuh istrinya, Ayu (42) dengan senjata tajam secara membabi buta masih belum diketahui. Karena pelaku belum bisa dimintai keterangannya.

Sejauh ini, dugaan penyebab pembunuhan hanya didapat dari cerita saksi mata yang berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP). 

Yakni anggota keluarga pelaku MA, yang memang tinggal satu atap dengan korban dan pelaku.

Diketahui, korban dan pelaku tinggal bersama orang tua pelaku, serta adik pelaku. Mereka mendiami rumah dua lantai. Pasutri ini tinggal di lantai atas, sedangkan keluarga lainnya di lantai bawah. 

Karena tinggal satu atap dengan para saksi, maka setiap keributan antara pelaku dan korban kerap dilihat oleh anggota keluarga lainnya. 

Saksi mata mendengar bila korban kerap mengucapkan minta perceraian disaat ribut mulut dengan suaminya. 

Disinyalir permintaan cerai korban inilah yang membuat pelaku merasa cemburu hingga menyimpan dendam kepada korban. 

Puncaknya keributan terjadi pada Minggu (22/10) yang berakhir dengan pembunuhan sadis, dimana korban mengalami luka tusukan sajam di bagian perut dan punggung. 

Seperti diceritakan Camat Tebat Karai, Ahmad Suryadi yang sempat melayat ke rumah duka pasca kejadian. 

Camat mengaku dirinya sempat berbincang dengan adik pelaku bernama Sri. 

"Ya saya ke TKP, cerita dari adik pelaku, seminggu terakhir pasutri ini sering cekcok atau ribut. Setiap ribut, korban selalu minta cerai kepada kepada pelaku," ungkap Ahmad Suryadi. 

Keributan kecil bahkan terjadi pada Minggu (22/10) pagi sebelum pembunuhan. Akan tetapi pihak keluarga tidak menaruh curiga, karena sudah biasa korban dan pelaku cekcok. 

Masih menurut cerita Camat, anggota keluarga pelaku sempat menasihati korban, agar bersabar dengan ucapannya. Mengingat kondisi kejiwaan pelaku yang sedang tidak stabil. 

"Cerita Sri, pelaku memang mempunya riwayat gangguan jiwa. Akan tetapi dalam kesehariannya pelaku masih beraktivitas, seperti kerja serabutan dan juga bertani ke kebun," lanjutnya.

Tag
Share