Petani di Mukomuko Disarankan Maksimalkan Pemeliharaan Kebun, Ini Tujuannya

Petani sawit di Kabupaten Mukomuko disarankan maksimalkan pemeliharan kebun. -BUDI/BE -
harianbengkuluekspress.id – Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko menyarankan, agar petani sawit memaksimalkan pemeliharaan kebunnya. Tujuannya untuk meningkatkan produksi buah sawit.
“Harga beli buah sawit terus naik, namun produksi panen sawit petani belum terlalu maksimal. Ini disebabkan karena sebagian tanaman sawit milik warga masih terdampak trek,” ujar Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Hari Mustaman SP.
Pemeliharaan tanaman sawit secara maksimal, kata Hari, salah satunya dengan penggunaan pupuk kimia maupun organik. Ia menerangkan, jika tanaman sawit tidak dipelihara dengan baik, maka produksi akan tetap tidak maksimal.
“Jika harga buah sawit mahal, namun kalau hasil panen petani menurun, maka pendapatan pun tidak maksimal,” katanya.
BACA JUGA:98 Desa di Mukomuko Belum Usulkan Pencairan DD, Ini Alasannya
BACA JUGA:Tradisi Doa Bersama dan Ziarah Kubur di Mukomuko Dipertahankan, Begini Caranya
Selain itu, sambungnya, petani selain memaksimalkan penggunaan pupuk, juga jangan mengambil buah sawit yang masih mengkal atau belum masak. Karena berpengaruh terhadap produksi buah sawit.
“Jika petani memanen buah sawit yang masih mengkal, konsekuensinya pada trip berikutnya buah sudah habis atau petani tidak bisa panen lagi,” jelasnya.
Sekretaris Dinas Pertanian ini juga menyarankan, sebaiknya petani memanen buah sawit yang sudah masak dan meninggalkan buah sawit yang masih mengkal untuk dipanen pada periode berikutnya. Optimalisasi pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan solusi dalam mengatasi produksi buah sawit petani yang sebelumnya turun dan bisa produksi lebih banyak.
”Saat ini produksi buah sawit turun dari biasanya satu ton per hektar sekali panen, saat ini petani hanya dapat 500 hingga 700 kg per hektare,” katanya.
Ia menerangkan, penurunan produksi buah sawit petani berdampak terhadap pabrik minyak kelapa sawit. Karena jumlah buah sawit yang mereka olah menjadi CPO juga mengalami penurunan. Selain itu, ia mengatakan, berdasarkan hasil pengecekan di sejumlah pabrik minyak kelapa sawit di daerah ini, rata-rata pabrik sulit mencari buah sawit milik petani. Biasa pabrik mengolah sebanyak 400 ton hingga 500 ton per hari, namun ekarang hanya mengolah sebanyak 200 hingga 300 ton per hari.
"Untuk harga pembelian tandan buah sawit (TBS) di sejumlah pabrik pengolahan minyak mentah atau CPO sawit di daerah ini hampir mencapai Rp 3 ribu per kilo gram," pungkasnya.(budi)