Produk UMKM Bengkulu Minim Diekspor, Simak Penyebabnya

Kepala Disperindag Provinsi Bengkulu, Ir Yenita Syaiful menjelaskan produk UMKM Bengkulu minim ekspor.-Istimewa/Bengkulu Ekspress -

Harianbengkuluekspress.bacakoran.co - Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)  pada tahun 2024 ini fokus mendukung produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berorientasi pada kegiatan ekspor.

Hal ini dilakukan karena banyak produk UMKM seperti makanan dan minuman yang belum diekspor ke luar negeri.

Kepala Disperindag Provinsi Bengkulu, Ir Yenita Syaiful mengatakan, banyak produk makanan dan minuman yang diproduksi oleh pelaku UMKM belum diekspor. Padahal produk-produk tersebut telah layak untuk dijual ke pasar luar negeri.

"Kita sangat menyayangkan masih banyak produk UMKM di Bengkulu yang belum diekspor ke luar negeri," kata Yenita, Sabtu, 27 Januari 2024.

BACA JUGA: Manfaat Bunga Lawang Untuk Kecantikan, Salah Satunya Mengurangi Kerutan

BACA JUGA:Waspada! 5 Makanan Ini Tidak Boleh Dikonsumsi Bersamaan dengan Udang, Berikut Alasannya

Oleh karena itu, ia mengaku, telah membina sebanyak puluhan pelaku UMKM di Bengkulu untuk menghasilkan produk berkualitas ekspor seperti kopi Bengkulu, sirup kalamansi, hingga keripik pisang. 

Produk-produk tersebut saat ini sangat diminati oleh pembeli baik dari dalam negeri dan luar negeri.

"Kita berharap produk-produk tersebut bisa menembus pasar ekspor," tuturnya.

Di sisi lain, Perwakilan Bea Cukai Bengkulu, Dadang mengatakan masih minimnya kegiatan ekspor produk UMKM di daerah disebabkan biaya pengiriman yang cukup mahal. Selain itu, rata-rata pelaku UMKM di daerah juga belum bisa menjual produknya dalam jumlah banyak. Sehingga biaya pengiriman ekspor menjadi lebih mahal. 

Padahal, Bea Cukai Bengkulu telah berkoordinasi dengan salah satu maskapai penerbangan. Mereka setuju menurunkan biaya pengiriman produk UMKM ke luar negeri, akan tetapi jumlah produk yang dikirimkan tidak bisa sedikit.

"Kalau produk yang dikirim sedikit, tentu saja ongkos kirimnya jadi lebih mahal," tuturnya.

Ia mengaku, perlu aggregator atau pengumpul untuk para UMKM melakukan ekspor. Jadi para UMKM yang mau ekspor bisa sekaligus berbarengan, tidak dilakukan sendiri-sendiri yang membuat biaya logistik mahal.

"Butuh aggregator sehingga pengiriman barang ke sana, tidak per orang tapi per kontainer. Di bawah 1 ton itu mahal pengirimannya. Sama seperti impor borongan lah jadi di sana ditaruh barengan, sehingga satu kontainer bisa beberapa pengimpor," paparnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan