Agama yang dianut di desa ini juga beragam; Islam, Hindu, Kristen Katolik, dan Protestan hidup berdampingan.
“Di sini, umat Islam dan Hindu hampir seimbang, yaitu 347 umat Muslim dan 332 Hindu. Gereja, pura, dan masjid berdiri berdampingan di tengah pemukiman,” terangnya. Menariknya, beberapa bangunan ibadah dijaga oleh umat agama lain, menunjukkan bentuk toleransi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Made melanjutkan, karena agama merupakan pegangan hidup, dan ia membiarkan anak-anaknya memilih keyakinan mereka sendiri setelah mereka dewasa.
"Anak saya, ketika masih kecil saya didik sesuai dengan keyakinan saya, tetapi setelah besar, jika dia yakin dan percaya untuk pindah (agama), saya tidak memaksakan, asalkan dia tidak kembali ke agama sebelumnya. Karena agama bukanlah hal yang dipermainkan. Jika dia yakin dengan keyakinan barunya, lebih baik daripada kita memaksakan," ungkap Made.
Kemudian Ia mengenang momen berharga saat keluarga merayakan perbedaan agama, terutama saat berduka.
“Ketika orang tua kami meninggal, kami berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Inilah indahnya perbedaan.” ujarnya.
Melalui cerita ini, Made berharap nilai toleransi dan kerukunan yang ada di Desa Air Petai bisa menjadi contoh bagi daerah lain.
BACA JUGA: Puluhan Motor Disita, Hasil Operasi Zebra Nala
BACA JUGA:November, Logistik Pemilu Rampung, Ini Penjelasan Ketua KPU Kabupaten Seluma
Tak hanya dari Kades, tokoh agama juga memberikan perspektif yang berharga. Jhon Heri, tokoh agama Muslim, menekankan pentingnya memahami tujuan kegiatan agama lain.
“Kita harus menghormati agama lain. Misalnya, saat umat Hindu menggelar ngaben, kita tidak hanya datang sebagai undangan, tetapi juga harus memaknai acara tersebut,” ungkapnya.
Ini adalah salah satu bentuk nyata dari Bhinneka Tunggal Ika yang diimplementasikan oleh masyarakat desa.
mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Bengkulu angkatan 15 menyambangi Desa Air Petai, Sukaraja, Seluma, Sabtu 26 Oktober 2024-Istimewa/Bengkuluekspress.-
Sementara itu, Parjia, tokoh agama Hindu, menyampaikan pentingnya saling menghargai dan mengerti dalam keberagaman.
“Kita semua bersaudara meskipun berbeda agama. Hubungan kita dengan Tuhan dan lingkungan adalah hal yang penting,” ujarnya.
Ia juga berbagi tentang kegiatan bersama antarumat beragama, seperti perayaan ogo-ogo yang melibatkan semua warga desa. Ini menunjukkan bahwa kerukunan bukan hanya slogan, tetapi direalisasikan dalam tindakan sehari-hari.