Ternak di Kandang Lebih Berisiko Tertular PMK, Begini Penjelasan Dokter Hewan Bengkulu

Risiko penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak yang dikandangkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang diliarkan.-RIO/BE-
Harianbengkuluekspress.id - Risiko penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak yang dikandangkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang diliarkan.
Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bengkulu, drh Yeni Misra mengatakan, lingkungan kandang yang terbatas dapat menjadi tempat berkembang biak virus dengan cepat. Sehingga ternak yang berada dalam kandang lebih rentan terpapar dan sulit untuk pulih.
"Sapi-sapi yang dikandangkan lebih susah sembuhnya. Karena virus yang keluar dari ingus atau kotoran dan air seni akan kembali memapari hewan yang ada di kandang. Jdi virus akan cepat kembalinya," terang Yeni, Senin, 27 Januari 2025.
Berbeda dengan ternak yang diliarkan, hewan-hewan tersebut cenderung berpindah-pindah tempat. Sehingga risiko penularan lebih rendah. Selain itu, tingkat kesembuhan pada ternak yang diliarkan juga lebih tinggi, disertai dengan angka kematian yang lebih sedikit.
BACA JUGA:Agrowisata Buah Qyta di Merigi Kepahiang: Petik Durian di Batang, Biaya Masuk Hanya Rp 10 Ribu
BACA JUGA:Investor Turki Garap Panas Bumi di Kepahiang, Zurdi Nata : Bakal Rekrut Pekerja Besar-Besaran
"Berbeda dengan sapi yang diliarkan, akan berpindah tempat akan cepat kesembuhannya serta sedikit angka kematian," ungkapnya.
Yeni mengatakan, jika hewan ternak tetap harus di kandangkan. Maka menjaga sanitasi kandang harus dilakukan. Untuk sanitasi kandang, peternak bisa menggunakan deterjen pencuci pakaian serta menyemprot dengan disinfektan.
"Menjaga kebersihan kandang, melakukan sanitasi, sangat penting untuk mencegah penyebaran PMK," tambah Yeni.
Disisi lain, untuk vaksinasi juga penting dalam mencegah penularan PMK. Idealnya, vaksin itu bisa diberikan 6 bulan sekali. Sehingga kekebalan tubuh terhadap virus bisa diminimalisir.
"Jadi penting untuk diberikan vaksin," tegasnya.
Yeni menjelaskan, penyebaran PMK itu sebenarnya sudah terjadi sejak Agustus 2024. Namun meningkat sejak dua bulan terakhir. Salah satu penyebabnya tidak dilakukannya vaksinasi rutin per enam bulan sekali pada hewan ternak.
"Sebenarnya harus dilakukan vaksinasi per enam bulan sekali selama 15 tahun, kemarin Desember tidak dilakukan. Ini kemungkinan penyebab PMK menjadi tinggi," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, drh Muhammad Syarkawi MT mengatakan, saat ini Provinsi Bengkulu baru menerima alokasi vaksin PMK sebanyak 1.000 dosis. Alokasi vaksin itu jauh dari jumlah usulan awal sebanyak 61.757 dosis.