Harianbengkuluekspress.id - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Bengkulu diprediksi akan terus mengalami penurunan. Penyebab utamanya adalah stok CPO yang masih melimpah di beberapa negara produsen, seperti Malaysia dan India.
Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Ansori Tawakal SE MM menjelaskan, saat ini harga CPO di Bengkulu berada di angka Rp 11.986 per kilogram.
Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan harga sebelumnya yang mencapai Rp 12.025 per kilogram. Menurutnya, kondisi ini dipicu oleh tingginya pasokan CPO di pasar internasional.
"Stok di Malaysia dan India masih banyak dengan permintaan dari China, India, Pakistan, dan negara-negara Timur Tengah," ujar Ansori, Selasa, 14 Mei 2024.
Ia menambahkan, pasar global yang masih dipenuhi oleh stok lama membuat harga CPO di berbagai daerah di Indonesia termasuk Bengkulu menjadi tertekan. Selain itu, faktor lain yang berpengaruh adalah kondisi cuaca yang mendukung produksi sawit di beberapa wilayah utama.
BACA JUGA:Motor Ikonik Honda Super Cub C125 Tampil Menggoda
BACA JUGA:Lakukan Penagihan Fidusia Sesuai Aturan, Ini Pesan Kapolresta Bengkulu
"Kondisi cuaca yang baik di negara-negara produsen membuat produksi sawit melimpah, sehingga pasokan CPO pun semakin banyak," jelas Ansori.
Ia juga mencatat bahwa permintaan dari negara-negara besar seperti China dan India sebenarnya masih stabil. Namun, karena stok yang ada masih melimpah, harga CPO tidak bisa naik signifikan.
"Permintaan memang ada, tetapi tidak sebanding dengan pasokan yang tersedia saat ini," tambahnya.
Di sisi lain, Ansori berharap, pemerintah daerah bisa memberikan dukungan melalui kebijakan yang mendukung stabilitas harga CPO. Salah satunya mendorong industri minyak goreng didalam negeri menyerap CPO.
"Kami berharap ada intervensi pemerintah untuk menjaga harga agar tetap stabil, misalnya dengan mendorong industri minyak goreng menyerap CPO," kata Ansori.
Beberapa pelaku industri sawit di Bengkulu mengaku khawatir dengan penurunan harga ini. Sebab, penurunan tersebut dikhawatirkan membuat harga TBS kelapa sawit ikut menurun.
"Kami berharap ada kebijakan yang bisa menstabilkan harga CPO, karena penurunan ini cukup mempengaruhi harga TBS kelapa sawit dan pendapatan kami," kata Suharto, salah satu petani sawit di Bengkulu.(999)