Perbaiki Rantai Pemasaran TBS, Ini Penjelasan Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen

Pengamat Ekonomi dari Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Ansori Tawakal SE MM--

Harianbengkuluekspress.id - Pabrik kelapa sawit (PKS) di Bengkulu diminta memperbaiki rantai pemasaran Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang cukup panjang. Sebab, panjangnya rantai pemasaran seringkali membuat petani rugi akibat harga beli TBS kelapa ditingkat petani yang rendah.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Ansori Tawakal SE MM menuturkan kepada BE, Rabu, 12 Juni 2024, "Rantai pemasaran TBS Kelapa Sawit di Bengkulu, masih panjang. Dari petani kemudian ke pengepul, kemudian ke RAM, baru kemudian ke PKS. Itu membuat harga TBS kelapa sawit yang diterima petani semakin rendah." 

Menurut Ansori, harga TBS kelapa sawit di Bengkulu kini mencapai Rp 2.400 per kilogram. Namun, akibat rantai pemasaran TBS kelapa sawit yang panjang, petani hanya mendapatkan Rp 2.200 per kilogramnya. Hal ini menandakan adanya kesenjangan besar antara harga di tingkat petani dengan harga pasaran. 

"Makanya kami menyarankan pembelian TBS bisa dilakukan secara langsung dari petani oleh PKS untuk meningkatkan harga jualnya," ujar Ansori.

BACA JUGA:DD Tangani Stunting dan Kemiskinan Ekstrem, Begini Keterangan Kepala Dinas PMD Provinsi Bengkulu

BACA JUGA:Gubernur Terbitkan Buku Anak, Bakal Dicetak Massal untuk Anak TK dan PAUD se-Provinsi Bengkulu

Ia menekankan, pentingnya adanya kerjasama antara PKS dengan kelompok tani, koperasi, serta swadaya. Hal itu dilakukan untuk menciptakan sistem pemasaran yang lebih efisien.

"Pola kemitraan seperti itu bisa membantu petani di Bengkulu langsung menjual hasil buah sawit ke pabrik kelapa sawit," ungkap Ansori. 

Langkah memotong rantai pemasaran ini diyakini dapat memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Selain meningkatkan pendapatan petani. Hal ini juga dapat mengurangi biaya logistik dan pengangkutan buah sawit. Dengan demikian, PKS dapat memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih kompetitif.

"Pola kemitraan atau kerjasama ini menguntungkan kedua belah pihak, jadi tidak ada yang dirugikan," pungkasnya.

BACA JUGA:Arisan Bodong Raup Rp 1,7 Miliar, Ancaman Penjara Hanya 4 Tahun

Sementara itu, Sekretaris DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Bengkulu, John Simamora mengatakan, bukan hanya meningkatkan harga TBS kelapa sawit ditingkat petani, memotong rantai pemasaran juga dapat meningkatkan kualitas dan keberlanjutannya produksi kelapa sawit. 

"Oleh sebab itu, kami berharap, dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga terkait diharapkan dapat mempercepat implementasi pola kemitraan ini. Langkah ini dianggap strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani kelapa sawit di Bengkulu," pungkasnya. (Rewa Yoke)

 

Tag
Share