Tradisi dan Simbolisme Tradisi Bakar Jagung Di Malam Tahun Baru

Harianbengkuluekspress.id- Tradisi bakar jagung di malam tahun baru merupakan sebuah tradisi unik yang sarat akan sejarah dan simbolisme.

Meskipun tidak sepopuler kembang api, tradisi ini memiliki tempat khusus dalam budaya masyarakat tertentu, terutama di pedesaan Indonesia. 

Asal-usulnya terkait erat dengan tradisi pertanian dan filosofi lokal, memberikan makna yang lebih dalam di balik kegiatan sederhana ini.

Tradisi memanggang jagung di atas arang diyakini berasal dari masa lalu, jauh sebelum pengaruh budaya modern merasuk ke pedesaan.

Dahulu, masyarakat pedesaan sangat bergantung pada hasil pertanian, terutama jagung. Jagung merupakan sumber makanan utama dan panennya merupakan momen penting dalam kehidupan mereka.

BACA JUGA:Imbau Rayakan Tahun Baru di Rumah, Ini Wejangan Penjabat Wali Kota Bengkulu untuk Warga

BACA JUGA:Malam Tahun Baru Diprediksi Hujan, BMKG Imbau di Rumah Saja

Pada saat panen, masyarakat biasanya menyimpan sebagian jagung untuk ditimbun. Namun, seiring berjalannya waktu, jagung akan membusuk atau terserang hama.

Oleh karena itu, ada tradisi membakar jagung yang sudah tua atau rusak sebagai cara untuk membersihkan lahan dan mencegah hama.

Hal ini biasanya dilakukan pada Malam Tahun Baru, yang melambangkan akhir tahun dan awal tahun yang lebih baik. Selain aspek praktis, tradisi ini juga memiliki makna filosofis. Api yang membakar jagung melambangkan pemurnian dan pembersihan.

Asap yang mengepul ke udara dipercaya membawa doa dan harapan agar tahun yang baru diberkahi dengan keberuntungan dan panen yang baik.

Simbolisme dan makna Praktik tradisional membakar jagung memiliki banyak simbol dan makna bagi masyarakat, beberapa di antaranya adalah:

1. Rasa syukur dan harapan: membakar jagung adalah cara untuk bersyukur atas panen tahun lalu dan berharap untuk panen yang lebih baik di tahun depan.

BACA JUGA:Pesan Plt Gubernur Bengkulu, Perayaan Tahun Baru Tak Perlu Hura-hura