Masyarakat Bengkulu Keluhkan Kenaikan Harga Pertamax

Masyarakat membeli BBM di SPBU di Kota Bengkulu.-IST/BE-

Harianbengkuluekspress.id - Masyarakat di Bengkulu menghadapi tantangan baru dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi, terutama Pertamax, yang diberlakukan oleh PT Pertamina. 

Sebelumnya, harga Pertamax telah mencapai Rp 13.050 per liter, namun pada Februari 2025 ini, harga tersebut melonjak hingga menjadi Rp 13.500 per liter.

Ketua Aliansi Petani Kelapa Sawit Bengkulu, Edy Mashury mengaku telah berupaya meminta agar harga BBM, khususnya Pertamax tetap terjangkau dan tidak jauh dari Pertalite. Namun, kenyataannya harga Pertamax justru mengalami peningkatan, meninggalkan jarak harga yang semakin lebar antara kedua jenis BBM ini. Saat ini, selisih antara Pertalite dan Pertamax mencapai Rp 3.500 per liter.

"Masyarakat di Bengkulu khususnya petani kelapa sawit sangat membutuhkan BBM Pertamax. Hal ini disebabkan tidak semua wilayah memiliki ketersediaan Pertalite. Dengan kenaikan harga ini, petani kami akan menghadapi kesulitan yang lebih besar," kata Edy, Minggu 2 Februari 2025.

BACA JUGA:Kawasan Merah Putih Kota Bengkulu Jadi Wisata Baru, Pedagang Ketiban Rezeki

BACA JUGA:Remaja Mencuri di Rumah Sendiri, Ini Barang yang Dicuri Sebabkan Ayah Murka Lapor Polisi

Edy mengatakan masyarakat di Bengkulu merasa terpukul dengan kenaikan harga BBM non subsidi ini. Mereka menyayangkan bahwa langkah PT Pertamina untuk menaikkan harga BBM tersebut dapat mengganggu keberlanjutan usaha mereka. 

"Dalam kondisi yang sudah sulit dan tekanan ekonomi lainnya, kenaikan harga BBM menjadi beban tambahan yang berat bagi mereka," ujar Edy.

Menanggapi keluhan itu, PT Pertamina menyatakan bahwa kenaikan harga BBM tersebut dilakukan karena penyesuaian dengan kondisi pasar dan biaya produksi yang semakin meningkat. Mereka juga menekankan komitmen untuk terus berupaya menjaga stabilitas harga BBM sesuai dengan aturan yang berlaku.

"Kenaikan BBM non subsidi murni karena kenaikan minyak dunia," kata Area Manager Communication Relations & CSR Sumbagsel, Tjahyo Niko.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Bengkulu juga telah mendengarkan keluhan masyarakat dan berjanji untuk berkoordinasi dengan pihak terkait guna mencari solusi yang terbaik. Mereka mengakui pentingnya mendukung masyarakat dalam upaya menjaga kelangsungan usaha pertanian sawit di wilayah ini.

"Kami akan mendengarkan keluhan petani dan berjanji untuk berkoordinasi dengan pihak terkait guna mencari solusi yang terbaik," tutup Pj Sekda Provinsi Bengkulu, Haryadi.

Situasi kenaikan harga BBM, terutama Pertamax, masih menjadi perdebatan dan perhatian di tengah masyarakat Bengkulu. Masyarakat dan berbagai pihak terkait akan terus memonitor perkembangan situasi ini sambil berharap adanya solusi yang memadai untuk menjaga keberlanjutan sektor pertanian di daerah ini.(999)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan