Pembunuh Owner RS An Nissa Divonis Segini

Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Curup Kelas IB saat menggelar sidang dengan agenda vonis terhadap terdakwa pembunuhan di RS An Nissa, Kamis 30 Januari 2025.-Ary/BE -
harianbengkuluekspress.id - Pengadilan Negeri (PN) Curup Kelas IB melaksanakan sidang dengan terdakwa Ahmad Syafani dalam kasus pembunuhan WD salah satu owner dari RS An Nissa Curup. Dalam sidang dengan agenda pembacaan vonis tersebut, majelis hakim memvonis terdakwa dengan hukuman 12 tahun penjara. Sidang dilaksanakan pada Kamis 30 Januari 2025 siang dengan Hakim Ketua, Mantiko Sumanda Moechtar dengan didampingi 2 Hakim Anggota yaitu Eka Kurnia Nengsih SH MH dan Muhamad Adi Hendrawan SH. Usai persidangan, Ketua PN Curup Kelas IB Santonius Tambunan MH mengungkapkan, bahwa dalam persidangan, hakim menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagai mana pasal 340 yang menjadi pasal primer dalam tuntutan yang disampaikan jaksa penuntut umum dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Rejang Lebong.
"Dalam perkara ini, majelis hakim melalui mufakat telah memutus perkara ini dengan memvonis terdakwa dengan hukuman 12 tahun penjara," terang Santonius.
BACA JUGA:SMK di Rejang Lebong Harus Rutin Gelar Ini
BACA JUGA:Pelunasan Bipih Kuota Haji Khusus Hingga 7 Februari, Segini Biayanya
Menurutnya, terdakwa divonis dengan hukuman 12 tahun penjara, karena terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan pembunuhan sebagai mana yang dijelaskan dalam pasal 338 KUHP. Terdakwa terbukti melakukan pembunuhan sebagaimana pasal 338 KUHP, karena majelis hakim menilai perbuatan terdakwa bukan merupakan sebuah perencanaan, melainkan spontanitas melakukan penusukan secara membabi buta kepada korban sehingga menyebabkan korban meninggal dunia.
Sementara itu, JPU dari Kejari Rejang Lebong, Abi Pujangga mengungkapkan, pihaknya masih pikir-pikir atas vonis yang dibacakan oleh majelis hakim tersebut. Karena vonis terhadap terdakwa lebih ringan dari tuntutan yang mereka sampaikan pada persidangan sebelumnya yaitu hukuman 18 tahun penjara.
"Saat ini kita masih pikir-pikir atas vonis yang telah dibacakan majelis hakim," ungkap Abi.
Dimana menurut Abi, pihaknya memiliki waktu untuk menentukan sikap atas putusan tersebut apakah akan banding atau justru menerima putusan yang telah dibacakan oleh majelis hakim tersebut.
Dibagian lain, penasehat hukum terdakwa M Guruh Indrawan mengungkapkan, bahwa putusan yang telah dibacakan majelis hakim untuk klien mereka adalah keputusan yang obyektif dan netral. Sebab keputusan tersebut telah mencerminkan penegakan hukum dengan rasa keadilan.
"Kami sangat menghargai putusan yang dibacakan oleh majelis hakim tersebut," kata Guruh.
Meskipun menghargai putusan dari majelis hakim tersebut, pihaknya akan tetap berkoordinasi dengan klien mereka atau terdakwa, terkait dengan sikap mereka atas putusan tersebut.
Disisi lain, salah seorang keluarga korban Ikhwan Setiawan mengaku, bahwa pihak keluarga sangat kecewa atas putusan yang dibacakan oleh majelis hakim tersebut. Pihak keluarga menilai putusan 12 tahun penjara yang diberikan kepada terdakwa tidak sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya.
"Kami menilai putusan tersebut tidak masuk akal, karena putusan tersebut sangat jauh dari tuntutan yang disampaikan sebelumnya. Namun biarkan saja, jika hakim memutus seperti itu, selanjutnya kami serahkan ke yang maha kuasa," singkat Ikhwan.
Untuk diketahui aksi penusukan atau pembunuhan yang dilakukan Ahmad Syafani kepada WD (44) warga Kelurahan Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang terjadi pada Senin 3 Juni 2024 lalu. Penusukan dilakukan di dalam apotek RS An-Nissa yang ada di Kelurahan Simpang Nangka. Dalam kejadian tersebut korban yang sempat mendapatkan pertolongan medis akhirnya meninggal dunia dan tersangka sendiri langsung menyerahkan diri dan kasus tersebut saat ini ditangani oleh jajaran Polres Rejang Lebong. (ari)